Cinta Itu Omong Kosong!
Cinta Itu Omong Kosong! (Love is Bullshit)
By: Lamya
Pada semilir angin sejuk dan gerimis malam menghatarkanku kembali mengingat obrolan manis kita. Aku yang banyak bicara dan kamu tak bergeming untuk terus mendengarkan bahkan aneh rasanya sampai sepertiga malampun tak ada rasa kantuk yang hinggap jika kita sudah mulai berbincang.
Adalah Kamu yang selalu kutuntun menceritakan rutinitasmu dan juga sebaliknya, meskinpun rasanya aku yg lebih mendominasi bercerita hal-hal yang tak penting terasa begitu patut untuk diperbincangkan saat bersamamu.
Aku dulu memang belum mencintaimu. Bahkan saat pertama kali kau ungkapkan rasamu padaku, tidak ada getaran seperti kisah-kisah cinta di novel. Tapi aku tetap memberimu kesempatan karena kegigihanmu yang tiada lelah meredakan amarah di setiap manjaku dan semua sikapku yang selalu menyalahkanmu. Memang, itu memakan banyak waktu sampai kita bisa pada titik saat kita saling melengkapi.
Ya, saat-saat itu, tak pernah rusak di memoriku. Saat-saat di mana hanya kamu yang ku inginkan tak ada yang lain. Rasanya enggan sekali untuk sekedar membalas atau berbasa-basi dengan pria selain kamu. Lucu rasanya aku yang anti sekali pada pria kembali jatuh pada kamu yang terkesan biasa-biasa saja tetapi selalu hadirkan bahagia.
Sebenarnya aku ingin namai fase itu lebih dari bahagia tapi aku tak menemukannya. Benar saja, saat ini tawamu kembali lalu lalang diingatanku serta senyum dan prangaimu hilir mudik memblokade pikiranku sehingga terpusat padamu. Namun disaat yang sama, aku sadar bahwa nyatanya aku bukanlah satu-satunya. Bagiku perbincangan kita juga telah berubah topik dari segala reklamasi cinta menjadi orang di masa lalumu. Ku akui aku yang mengawali menceritakan kejadian buruk yang kuperoleh dari masa laluku. Ku kuras hingga tak tersisa dan menjadikanmu bak sampah dimana ku buang segala kenangan busuk yang telah ku lempar setelah kau ada.
Jujur, kau sudah sangat berhasil membuatku percaya bahwa jika dia mencintai kita maka dia tetap tinggal tanpa ada kata meninggalkan, katamu. Tapi aku tak pernah menerka bahwa usai dari itu kau mulai angkat bicara perihal orang dari masalalumu. Katamu kau masih ada harap padanya, kau masih mencintainya, kau cemburu jika ada orang lain didekatnya, sontak saja kata-kata itu menusuk hingga ulu hatiku. Tapi kamu tak pernah tau bahwa rasaku telah berubah. Aku telah membuka hatiku untukmu yang dulu katamu. Aku adalah satu-satunya orang yang kau ingini. Tapi culasnya, saat ingin ku wujudkan inginmu belum sempat ku lakukan, ku sudah di luluh lantahkan oleh penolakan yang tak terperikan. Akhirnya, aku ber-mov dengan hatiku bahwa aku tidak akan pernah memberitahumu rasaku yang sekarang semakin hari meradang dan makin berotak tak terima atas segala apa yg kau katakan setelah dulu lantunan romantisme kau lontarkan.
Percaya atau tidak, kau lebih tega dari orang yang selalu ingin kau beri pelajaran pada orang yang telah menghancurkan hatiku. Nyatanya kau lebih kejam. Ya, kamu tidak lebih bajingan dari pada dia yang selalu kau benci karena telah menyakiti orang yang kau cinta. Mengingat kata-katamu saja justru membunuhku secara perlahan. Kau harus tahu itu. Padahal dulu ku kira kamu adalah bagian dari rencana besarku tapi sebelum menjadi rencana pun sudah kau lunturkan. Kau dalam sekejap menghilangkan segala apa yang ku torehkan padamu, yang kukira kamu akan membantuku bangkit. Tapi tidak! Kamu tak pernah sebaik itu.
Post a Comment for "Cinta Itu Omong Kosong!"