Teknik Menulis Cerpen Oleh Wayan Jengki Sunarta (Bag. 5) Sudut Pandang Pengarang
Secara sederhana, sudut pandang adalah cara/teknik/strategi pengarang menuturkan ceritanya.
#1. Sudut Pandang Orang Pertama
Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang pertama tunggal (aku, saya, hamba, beta), atau kata ganti orang pertama jamak (kami, kita).Sudut pandang ini memungkinkan pengarang masuk ke dalamnarasi/cerita, seolah sebagai protagonis/tokoh utama atau antagonis/lawan tokoh utama atau bisa juga sebagai tokoh pelengkap/pembantu. Kelebihannya, pembaca terlibat secara emosi dan seolah ikut menjadi tokoh dalam cerita. Kelemahannya, selain tokoh “aku”, pengarang tidak bisa melukiskan isi hati atau pikiran tokoh lain.
Contoh:
Aku datangke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Aku terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, aku berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Kulihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparanku perihal cerpen. Jujur saja, aku kesal dengan ulah Dani. Saat akumenatap Dani, mata kami bertubrukan, karena dia juga melihat kearahku. Sepintas kulihat Dani tersenyum sinis. Aku tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangku. Mungkin dia tidak senang dengan kehadiranku di sini.
#2. Sudut Pandang Orang Kedua
Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang kedua (kamu, kau, engkau, dikau, anda, kalian). Pengarang menjadi narator yang menceritakan tokoh “kamu” (protagonis) dan seolah-olah bisa membaca pikiran dan perasaan sang tokoh. Kelebihannya, karena menggunakan kata ganti orang kedua, pembaca seakan-akan terlibat secara emosi menjadi protagonis (tokoh utama) dalam cerita. Kelemahannya, selain tokoh utama (protagonis), pengarang tidak bisa melukiskan perasaan dan pikiran tokoh lain.Sudut pandang ini jarang dipakai dalam penulisan prosa (cerpen, novel); namun sering dipakai dalam penulisan puisi. Jika tidak mahir menggunakannya, sebaiknya hindari sudut pandang ini dalam penulisan cerpen.
Contoh:
Kamu datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Kamu terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, kamu berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Kamu melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparanmu perihal cerpen. Kamu kesal dengan ulah Dani. Saat kamu menatap Dani, mata kalian bertubrukan, karena dia juga melihat ke arahmu. Sepintas kamu melihat Dani tersenyum sinis. Kamu tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangmu. Kamu menduga Dani tidak senang dengan kehadiranmu di sini.
#3. Sudut Pandang Orang Ketiga
Sudut pandang ini menggunakan kata ganti orang ketiga (nama tokoh, ia, dia, beliau, mereka). Sudut pandang ini dibagi menjadi tiga: 1) sudut pandang orang ketiga mahatahu; 2) sudut pandang orang ketiga mahatahu terbatas; 3) sudut pandang orang ketiga terbatas.
Dalam sudut pandang “orang ketiga maha tahu”, pengarang bertindak sebagai dalang yang maha tahu semua kejadian dalam cerita, termasuk isi pikiran dan perasaan semua tokohnya.
Untuk sudut pandang “orang ketiga maha tahu (tapi) terbatas”, pengarang mengetahui semua kejadian dalam cerita. Namun pengarang terbatashanya mengetahui isi pikiran dan perasaan tokoh utamanya (protagonis). Jadi, pengarang tidak bisa mengungkapkan isi pikiran dan perasaan tokoh lainnya.
Sementaraitu,sudut pandang“orang ketiga terbatas”,pengarang bertindak seolah peninjau/penyaksi/penonton. Pengarang seolah tidak mengetahui isi pikiran dan perasaan para tokohnya. Pengarang hanya bisa melukiskan tindakan atau perilaku para tokohnya.
Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga Maha Tahu:
Pongki datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Hati Pongki terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, Pongki berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Pongki melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparannya perihal cerpen. Pongki berusaha menahan kesal. Pongki berpikir mengapa Dani bisa ikut dalam workshop ini.
Sesekali Dani melihat ke arah Pongki sambil tersenyum sinis, kemudian dia kembali asyik bermain ponsel. Dalam hati, Dani berkata, “Sok tahu cerpen saja dia!”
Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga MahaTahu (Tapi) Terbatas:
Pongki datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Hati Pongki terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, Pongki berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Pongki melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparannya perihal cerpen. Pongki berusaha menahan kesal. Pongki berpikir mengapa Dani bisa ikut dalam workshop ini.
Sesekali Dani melihat ke arah Pongki sambil tersenyum sinis, kemudian dia kembali asyik bermain ponsel. Entah apa yang dipikirkan Dani saat melihat Pongki dengan sinis.
Contoh Sudut Pandang Orang Ketiga Terbatas:
Pongki datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Hati Pongki mungkin terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, Pongki mungkin berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Pongki melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparannyaperihalcerpen.Dariekspresinya,Pongkitampakberusaha menahan kesal. Bisa jadi Pongki berpikir mengapa Dani bisa ikut dalam workshop ini.
Sesekali Dani melihat ke arah Pongki sambil tersenyum sinis, kemudian dia kembali asyik bermain ponsel. Entah apa yang dipikirkan Dani saat melihat Pongki dengan sinis.
#4. Sudut Pandang Campuran
Teknik yang rumit ini menggabungkan lebih dari satu sudut pandangdalam penceritaan. Bisa menggabungkan sudut pandang orang pertamadan kedua, sudut pandang orang pertama dan ketiga. Jika tidak mahir memakainya, teknik ini tidak disarankan, karena berpotensi menyebabkan jalan cerita amburadul. Kelebihannya, sudut pandang ini memungkinkan pengarang keluar-masuk ke jalan cerita, namun “tidak” sebagai tokoh utama.
Contoh Sudut Pandang Campuran (Orang Pertama dan Kedua)
Kamu datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Kamu terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, kamu berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Kamu melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparanmu perihal cerpen. Kamu kesal dengan ulah Dani. Saat kamu menatap Dani, mata kalian bertubrukan, karena dia juga melihat ke arahmu. Sepintas kamu melihat Dani tersenyum sinis. Kamu tidak tahu apa yang dia pikirkan tentangmu. Mungkin kamu menduga Dani tidak senang dengan kehadiranmu di sini.
Sebagai salah satu peserta, aku juga merasa terganggu dengan tingkah Dani. Seharusnya, panitia mengeluarkan Dani dari ruangan agar tidak mengganggu konsentrasi peserta lainnya.
Contoh Sudut Pandang Campuran (Orang Pertama dan Ketiga)
Pongki datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Hati Pongki mungkin terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, Pongki mungkin berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Pongki melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparannya perihal cerpen. Dari ekspresinya, Pongki tampak berusaha menahan kesal. Bisa jadi Pongki berpikir mengapa Dani bisa ikut dalam workshop ini.
Sesekali Dani melihat ke arah Pongki sambil tersenyum sinis, kemudian dia kembali asyik bermain ponsel. Entah apa yang dipikirkan Dani saat melihat Pongki dengan sinis.
Sebagai salah satu peserta, aku juga merasa terganggu dengan tingkah Dani. Seharusnya, panitia mengeluarkan Dani dari ruangan agar tidak mengganggu konsentrasi peserta lainnya.
Post a Comment for "Teknik Menulis Cerpen Oleh Wayan Jengki Sunarta (Bag. 5) Sudut Pandang Pengarang"