Teknik Menulis Cerpen Oleh Wayan Jengki Sunarta (Bag. 7): Menyusun Alur Cerita
Alur/Plot
Alur atau plot adalah jalan cerita, rangkaian peristiwa atau adegan sebab- akibat yang mengandung logika/masuk akal/wajar. Pada prinsipnya, alur/jalan cerita terbagi menjadi tiga bagian: “awal (pembuka), tengah (isi), akhir (penutup)”. Namun, susunan ketiga bagian itu tidak harus berurutan. Bisa saja urutannya terbalik menjadi: “akhir-tengah-awal”, atau “tengah-awal-akhir”.
Agar cerpen memikat, alur harus mengandung konflik (fisik atau batin). Konflik akan mencapai klimaks (puncak ketegangan) dan kemudian anti- klimaks (penyelesaian ketegangan). Alur beserta unsur-unsur lainnyamembuat cerpen menjadi hidup dan mampu memengaruhi emosi pembaca.
Tantangan pengarang adalah menyusun alur/plot yang memikat pembaca. Alur yang tidak biasa atau tidak mudah ditebak. Menulis cerita adalah pekerjaan menata peristiwa dan informasi dengan cara semenarik mungkin sehingga pembaca terpikat. Untuk itu, sebaiknya, alur dibuat dulu dalam kerangka karangan atau peta cerita.
Dalam menulis cerpen, biasanya pengarang menggunakan alur maju, alur mundur/sorot balik/flashback, atau alur campuran.
1. Alur Maju
Alur Maju adalah jalan cerita yang susunannya berurutan dari bagian awal, tengah, akhir.Alur iniberfokuspadapengembangan karakter dankonflik sang tokoh utama. Alur ini paling sering digunakan dalam cerpen.
Contoh:
Pongki datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Hati Pongki terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, Pongki berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Pongki melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparannya perihal cerpen. Pongki berusaha menahan kesal.
Sesekali Dani melihat ke arah Pongki sambil tersenyum sinis, kemudian dia kembali asyik bermain ponsel.
2. AlurMundur/Sorot Balik/Flashback
Alur Flashback adalah jalan cerita yang susunannya tidak berurutan. Alur ini bisa dimulai dari akhir cerita lalu bergerak ke awal dan tengah cerita. Ataubisa juga dimulai dari tengah (klimaks), kemudian bergerak ke awal cerita,lalu ke akhir cerita. Jika tidak mahir menggunakannya, alur ini berpotensi membingungkan pembaca.
Contoh:
Ketika Pongki duduk sendiri di beranda rumahnya, ia kembali terkenang keributan yang terjadi saat ia memberikan workshop penulisan cerpen di Lombok. Ia masih ingat ketika panitia mengusir Dani dari ruangan workshop.
Keributan itu sesungguhnya bermula dari hal sepele. Dani asyik bermain ponsel saat Pongki memaparkan materi cerpen. Pongki merasa kesal dengan ulah Dani. …. dan seterusnya.
3. Alur Campuran
Alur Campuran adalah jalan cerita yang mencampur alur maju dan alur flashback. Alur campuran memungkinkan pengarang menggabungkan “cerita saat ini” dengan “cerita yang telah lewat.” Ketika cerita bergerak maju, peristiwa-peristiwa flashback terjadi dalam benak tokoh utamanya.
Contoh:
Pongki datang ke Lombok untuk memberikan workshop penulisan cerpen. Hati Pongki terharu menyaksikan antusias peserta. Sambil memaparkan perihal teknik menulis cerpen, Pongki berharap suatu saat nanti akan banyak lahir cerpenis dari Lombok.
Pongki melihat Dani asyik bermain ponsel tanpa menyimak pemaparannya perihal cerpen. Pongki berusaha menahan kesal. Melihat kelakuan Dani, Pongki teringat Joko, salah satu muridnya di Denpasar. Joko selalu sibuk bermain ponsel di kelas ketika Pongki berbusa-busa menerangkan suatu pelajaran. … dst-nya
Tanpa memedulikan Dani, Pongki terus melanjutkan pemaparannya soal cerpen. Sesekali Dani melihat ke arah Pongki sambil tersenyum sinis, kemudian dia kembali asyik bermain ponsel.
(pada cerita di atas, flashback terjadi dalam benak Pongki)
Post a Comment for "Teknik Menulis Cerpen Oleh Wayan Jengki Sunarta (Bag. 7): Menyusun Alur Cerita"